Senin, 15 November 2010

STAKEHOLDERS DAN PERANAN YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH STAKEHOLDERS TERSEBUT DALAM MASALAH PENYAKIT MALARIA DAN PD3I

Posted by achmad riza pamula On 20.35 0 komentar

A. DISEMINASI MALARIA DAN PD3I
Setelah kegiaan pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi, maka harus dilakukan diseminasi kepada stakeholder (pihak yang berkepentihan) yang mempunyai kemampuan untuk berkontribusi dalam menyelesaiakan masalah yang ada secara bersama-sama. Kita sangat menyadari bahwa masalah kesehatan tidak dapat atau lebih tepatnya tidak akan mampu masalah kesehatan hannya diatasi oleh orang / sektor kesehatan saja. Pemecahan masalah kesehatan memerlukan kontribusi sektor lain.
Diseminasi adalah penyebarluasan informasi surveilans kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders), agar dapat dilakukan action secara cepat dan tepat. Penyakit malaria dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi membutuhkan program-program untuk pencegahan dan pemberantasan. Dalam pelaksanaan program ini dibutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Maka pelaksanaan program ini memerlukan diseminasi terhadap berbagai stakeholder terkait.

B. MALARIA DAN PD3I
1. Malaria
Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang ada hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui seperti terlihat dibawah ini:
a. Perilaku Mencari Darah.
b. Perilaku Istirahat.
c. Perilaku Berkembang Biak.
d. Cara penularan penyakit malaria .
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
1) Penularan secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk anopheles.
2) Penularan yang tidak alamiah.
a) Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
b) Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
c) Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam (P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
2. PD3I (Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
Penyakit Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian anak di Indonesia.
a. Difteri
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.
b. Pertusis
Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala penyakit adalah pilek , mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumania bacterialis yang dapat menyebabkan kematian.
c. Tetanus
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam . Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terldapat juga gejata berhenti menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian.
d. Tuberculosis
Adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah.gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.
e. Campak
Adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemarahan , batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah).Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ketubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran napas (pneumonia).
f. Poliomielitis
Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan , yaitu virus polio type 1,2 atau 3. Secara klinis penyakit polio adalah Anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis=AFP) . Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
g. Hepatitis B
Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan , melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian.



C. PERANAN STAKEHOLDERS DALAM MENANGANI MASALAH KESEHATAN
Beberapa stakeholders dan peranannya yang dapat dilakukan oleh stakeholders tersebut dalam masalah penyakit dibawah ini :

1. Malaria

a. Pemerintah
Pemerintah kota/kabupaten berwenang dalam masalah kebijakan-kebijakan pencegahan dan penanggulangan malaria. Kebijakan ini menjadi langkah represif untuk penanganan dan pencegahan malaria dari Pemerintah kota/kabupaten langsung ke masyarakat. Bentuk peran lainnya adalah pengalokasian dana untuk program pemberantasan dan pencegahan penyakit malaria.
1) Bupati : memberikan surat keputusan atau kebijakan kepada setiap kecamatan agar berperan aktif dalam pemberantasan penyakit malaria.
2) Kecamatan : memberikan surat keputusan atau kebijakan dari bupati kepada desa/kelurahan.
3) Kelurahan : melaksanakan surat keptusan atau kebijakan mengenai pemberantasan malaria dengan cara memberitahukan kepada perangkat desa, dan organisasi sosial yang ada, seperti posyandu, PKK, dan perkumpulan-perkumpulan yang lain.
b. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan merupakan penyelenggara kegiatan surveilans terhadap penyakit malaria. Hasil kegiatan surveilans ini berupa data kesakitan malaria akan digunakan untuk penanganan masalah lebih lanjut. Seperti penggalakan program pemberantasan sarang nyamuk (fogging dan program 3M Plus) terhadap masyarakat, penyuluhan tentang bahaya malaria oleh puskesmas setempat,juga pemberdayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan.
Dinas kesehatan berperan penting dalam program penanganan PD3I dalam hal penyediaan tenaga kesehatan, sarana prasarana untuk imunisasi dan peningkatan program imunisasi di seluruh wilayah kecamatan. Agar dinas kesehatan dapat melakukan tugas tersebut maka dilaksanakan surveilans untuk mengetahui perkembangan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
1) P2P (Program Pemberantasan Penyakit ) : orang-orang didalam lingkup P2P mereka akan bertindak memberantas penyakit malaria dilihat dari vektor nyamuknya.
2) Sanitasi Lingkungan : orang-orang didalam lingkup sanitasi lingkungan akan membenahi sistem sanitasi di daerah yang bermasalah, contohnya daerah yang memiliki genangan air limbah domestik yang tidak tepat maka sanitarian berhak memikirkan masalah ini.
3) Promosi Kesehatan : Divisi ini berperan mempromosikan hidup sehat agar terhindar dari penyakit malaria. Contohnya mempromosikan bersih-bersih selokan atau parit, membabat tanaman-tanaman yang terlalau lebat (yang berpotensi sebagai habitat nyamuk Anopheles).
Peran Dinas Kesehatan yaitu membuat kebijakkan mengenai pengendalian malaria, yaitu :
1) Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi atau Rapid Diagnostic Test.
2) Pengobatan Menggunakan Combination Therapy/ ACT
3) Pencegahan penularan malaria dengan kelambu ( Long Lasting Insekticidal Net )
4) Kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan lintas program
5) Memperkuat Desa Siaga dengan pembentukan Pos Malaria Desa (Posmaldes )
6) Membuat kebijakan dalam pengendalian vektor penyakit malaria dan melakukan kontrol terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan tersebut antara lain :
a) Pelatihan petugas
b) Penemuan aktif penderita
c) Penatalaksanaan kasus dan pengobatan
d) Pengendalian vector, antara lain :
i. Penemuan penderita malaria baik secara aktif melalui kegiatan Mass Blood Survey ( MBS ) maupun pasif ( rutin puskesmas )
ii. Pembagian kelambu berinsektisida kepada masyarakat miskin, ibu hamil, bayi dan balita
iii. Screening malaria bagi ibu hamil saat kunjungan trimester pertama pada tenaga kesehatan
iv. Penyemprotan dinding luar rumah ( Indoor Residual Sprying )
e) Pos malaria desa
f) Penyediaan sarana ( mikroskop, RDT ) bahan laboratorium dan obat-obatan (ACT)
c. Dinas lingkungan
Dinas lingkungan mempunyai peran dalam pemantauan program 3m+ pada masyarakat secara berkala, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan
d. Puskesmas
Puskesmas sebagai bagian dari dinas Kesehatan, melakukan sosialisasi dengan warga tentang Malaria.
Peran :
Memberikan penyuluhan langsung terhadap masyarakat yang bekerja sama dengan kader masyarakat.
e. Dinas Perkebunan
Dinas perkebunan berperan dalam penataan tanaman perkebunan, sehingga dapat mengurangi habitat nyamuk Anopheles.
f. Dinas Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Kesehatan Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
Pengendalian malaria dapat dilakukan melalui peran Dinas PP dan PL sebagai stakeholder terkait dengan habitat nyamuk anopeles yang terdapat di rawa, tambak yang terlantar, genangan air. Oleh karena itu dinas PP &PL dapat mengambil kebijakan dengan bekerjasama dengan dinas Pekerjaan Umum dalam pengendalian dan pembersihan habitat nyamuk Anopheles sp sebagai vektor penyebab malaria.
g. Dinas keimigrasian
Sebagai stakeholder dinas keimigrasian bekerja sama dengan dinas perhubungan untuk memantau apakah transportasi yang digunakan bebas dari vektor nyamuk Anopheles. Oleh karena itu, transportasi yang akan menuju ke suatu daerah harus dilakukan pembersihan nyamuk Anopheles sebelum berangkat dan setelah tiba di suatu daerah terutama di daerah dengan endemis malaria.
h. Dinas peternakan
Nyamuk vektor malaria banyak terdapat di tambak ikan yang tidak digunakan atau terabaikan. Dinas peternakan dapat berperan dalam melakukan kegiatan promosi mengenai habitat nyamuk vektor malaria atau dengan kata lain mengkomunikasikan dengan para pemilik tambak untuk membersihkan atau mengurus tambak ikan yang mereka punya.
i. Dinas kehutanan dan Dinas Kesehatan bagian Promosi Kesehatan.
Habitat nyamuk Anopheles juga terdapat di hutan-hutan tropis. Oleh karena itu, Dinas kehutanan dapat memberikan proteksi terhadap pekerja yang masuk hutan atau masyarakat yang berada di sekitar wilayah hutan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan kerja sama dengan Dinas Kesehatan bidang Promosi Kesehatan untuk memberi warning tentang apa yang harus dilakukan oleh masyarakat saat masuk hutan, seperti memakai lotion anti nyamuk, baju panjang, dan juga memberi kelambu pada masyarakat di sekitar hutan untuk memberi proteksi dari vektor malaria saat tidur. Pemberian penyuluhan bagi masyarakat dirasa perlu karena dengan adanya penyuluhan tersebut maka pengetahuan masyarakat akan bertambah mengenai penyakit malaria sehingga dapat merubah perilaku buruknya tentang kesehatan sehingga dapat terhindar dari penyakit malaria.
j. BMKG
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana densitas tertinggi pada musim kemarau.
Dengan adanya hal tersebut maka BMKG berperan dalam memberikan informasi kepada Dinas Kesehatan dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap perubahan musim yang terjadi sehingga dapat lebih mewaspadai adanya ancaman penyakit malaria bagi mereka dan mereka dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat dengan mengurangi atau menghindari faktor risiko terjadinya penyakit malaria.


2. PD3I ((Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
a. Pemerintah
Pemerintah merupakan instansi yang bergerak untuk mendanai program PD3I ((Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)
b. Dinas Kesehatan
Sebagai pelaksanan utama dari program PD3I melalui beberapa program antara lain:
1) Program KIA
Program imunisasi termasuk program kerja KIA yang sudah memiliki ketentuan dan jadwal.
2) Program promosi kesehatan
Didalam pelaksanaan imunisasi Program KIA membutuhkan bantuan orang-orang Promosi Kesehatan untuk mensosialisasikan pentingnya imunisasi kepada masyarakat.
3) Program pemberantasan penyakit
Polio merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam program pemberantasan penyakit . salah satu metode pemberantasan penyakit polio adalah dengan imunisasi., oleh karena itu Program pemberantasan penyakit membutuhkan KIA karena cakupan dari imunisasi polio adalah anak-anak.
c. Dinas Pendidikan
Menindaklanjuti program pemerintah yaitu Lima Imunisasi Dasar pada bayi dan anak, cakupan umur sasaran termasuk dalam anak usia sekolah, maka dari itu Dinas Pendidikan memiliki peranan penting untuk mensukseskan program tersebut. Melalui sekolah – sekolah, Dinas Kesehatan melakukan kerjasama seperti misalkan diadakannya imunisasi di sekolah dasar.
d. Puskesmas
Melakukan sosilaisasi kepada masyarakat tentang guna imunisasi
e. Posyandu
Posyandu sebagai pelaksana program kesehatan Ibu dan anak di masyarakat. Setiap desa memiliki kader posyandu yang berfungsi mensosialisasikan dan melaksanakan program KIA(imunisasi) di desa tersebut. masyarakat lebih mudah didekati oleh para kader dari desa mereka sendiri dari pada petugas kesehatan.
f. PKK
Sasaran imunisasi mayoritas merupakan bayi dan anak usia sekolah dimana ibu memiliki peranan penting dalam menyukseskan imunisasi tersebut, pengetahuan ibu tentang imunisasi dapat empengaruhi kesediaan ibu untuk mengimunisasikan anaknya. Peran ibu –ibu PKK adalah untuk memberikan pemahaman kepada warganya (ibu-ibu) tentang imunisasi. Namun sebelumnya inbu- ibu PKK terlebih dahulu diberi pengetahuan mengenai imunisasi dari puskesmas atau petugas kesehatan
g. Dinas Sosial
Dinas Sosial berfungsi sebagai penyandang dan pengumpul dana kegiatan atau program imunisasi.
h. Bidang kesehatan ibu dan anak
Berperan dalam pembuatan kebijakan program imunisasi yang ditujukan kepada ibu hamil dan wanita usia subur tidak hamil serta bayi, balita dan anak-anak.
i. Kelurahan
Kelurahan berperan dalam pengadaan posyandu yang di dalamnya terdapat kegiatan imunisasi. Kelurahan bekerjasama dengan RW dan RT setempat untuk mengadakan program posyandu.
j. Keluarga
Melalui orang tua,peran keluarga sangat penting yaitu dalam pengambilan keputusan kesehatan bagi anak-anaknya. Khususnya pengambilan keputusan untuk mengikutsertakan anaknya dalam kegiatan imunisasi.
k. Kader kesehatan
Kader kesehatan sebagai stakeholder nonformal melakukan upaya penyuluhan, pengenalan dan promosi kegiatan imunisasi, sehingga diharapkan masyarakat mengetahui tentang pentingnya kegiatan imunisasi tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar